![]() |
sumber gambar : https://coretanamr.files.wordpress.com/2010/08/26697_1399885448663_1578092914_924028_4166613_n.jpg |
Oleh: Sri Yulianti (Mahasiswi Upi Purwakarta)
DAHULU saya seorang yang tak mengenal agama Islam. Meski saya orang
Islam tetapi saya tidak mengenal apa yang seharusnya saya ketahui
tentang islam. Saya sering kali tidak memikirkan apa yang seharusnya
saya ketahui. Saya juga dari keluarga yang biyasa sajah tidak begitu
mendidik saya untuk urusan berpakaian.
Saya sering kali berpakain
apa adanya tidak memikirkan bahwa wanita harus menutupi auratnya.
Ketika saya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi di universitas,
mulailah sedikit demi sedikit saya mengubah penampilan, saya mengubah
penampilan karena saya melihat teman yang begitu cantiknya memakai
hijab. Saya mulai tertarik seketika itu dan merenung apakah saya bisa
seperti itu.
Hari demi hari saya pun mengubah penampilan dengan
hijab syar’i. Hari-hari itu saya mulai banyak cobaan, dari mulai
dimarahi keluarga, teman-teman SD sering menyebut saya dengat sebutan
“Katro”. Bahkan sering kali tetangga menanyakan, “Kamu sebenarnya
agamanya apa sih, penampilan yang sangat aneh?”
Ketika itu saya hanya bisa diam terhadap tetangga yang sering bicara seperti itu.
Bahkan pernah kakak yang awalnya diam akan pakaian yang saya pakai,
suatu pagi hari melontarkan kata-kata yang membuat hati ini semakin
sedih.
Kakak : “Kamu berpakaian seperti itu disuruh siapa dan apa bagusnya kamu menggunakan hijab?”
Saya jawab karena ingin mengubah diri.
Kakak : “Apa pantas ingin mengubah diri, kamu harus berpakaian seperti itu?”
Saya mulai menjawab dengan perlahan untuk meyakinkan kakak. “Saya
dengan berpakaian syar’i ini atas dasar keinginan dan saya mulai
memahami bahwa dalam agama Islam itu berpakaian seorang wanita haruslah
menutup aurat dan tidak boleh menampakkan aurat kita ke lawan jenis.”
Saya berpakaian syar’i penuh dengan cobaan dan halangan. Halangan itu
terus menerus datang. Ketika saya sedang bermain dengan teman di daerah
saya, saya sering diejek bahkan pakaian dan hijab saya sering
ditarik-tarik biar lepas dan biar saya melepaskan hijabnya. Tetapi Saya
menghadapi itu dengan senyuman dan dengan sabar. Kemudin kakak yang
selalu bicara bahwa saya ikut aliran sesat.
Hingga pada akhirnya
saya mulai lelah dengan semua itu. Saya merenung dan mengadu kepada
Allah dan meminta yang terbaik untuk jalan hidup yang saya pilih ini.
Saya sering mengadu dan menangis karena saya tidak kuat menahan cercaan
yang setiap hari pasti datang.
Tetapi saya sudah bertekad sekali
pun ada cercaan dan ejekan, saya tetap pada pendirian saya. Walau saya
tidak mempunyai uang yang begitu banyak, setiap hari saya menyisihkan
uang untuk membeli hijab karena dahulu pakaian saya yang pendek-pendek
membuat Saya semakin harus menyisihkan uang untuk membeli pakaian hijab.
Setelah itu datang lagi cobaan yang begitu menyakitkan hati. Tetangga
yang menjauhi keluarga saya karena menganggap ada aliran sesat dalam
keluarga saya. Saya pun terus dimarahi keluraga dan pernah sempat
dijauhi keluarga karena penampilan saya. Saya hanya bisa diam dengan
semua ini.
Hari demi hari saya lewati. Suatu hari di daerah saya
ada pengajian anak-anak dan ada penceramahnya juga tentu saja. Setelah
penceramah bercerita, kemudian penceramah memberi kesempatan para
ibu-ibu untuk bertanya. Ada seorang ibu yang bertanya: “Berpakaian
seorang wanita itu seperti apa sebenarnya, Ust?”
Ustad menjawab:
“Sebenarnya berpakaian seorang wanita itu haruslah menutupi semua
kecuali telapak tangan dan muka. Kenapa kita harus berhijab? Untuk
menjaga aurat kita.”
Di situlah para warga perlahan mulai
memahami dan mulai mengerti. Hari pun terus berganti. Pada waktu saya
berpapasan dengan tetangga, ia tersenyum pada saya dan saya pun
tersenyum balik.
Sekarang ini alhamdulillah keadaan mulai membaik. Bahkan ibu pun sudah mengenakan hijab meski terkadang dibuka sesaat.[]
sumber : islampos.com
No comments:
Post a Comment